Cari Blog Ini

Rabu, 20 Juli 2016

Kuroko no Basuke -Replace Plus 2, Chapter 4,5 (Bonus Chapter)

Hola! Hola!

Kali ini, chapter bonus, chapter 4,5 (sebenernya ada chapter 4, tapi nggak ada yang versi Inggris, jadi yang ini duluan yang di posting). Nah, kalau yang ini bukan repost, tapi aku yang translate-kan sendiri (AKR_MKC). Mungkin agak berantakan XD.

Yoooosh, cekidooooot!
















Salam
Adnida Kia Rahid

Pelajaran

Hola minasan!

Aaaah, posting-an kali ini bukan lanjutan manga, belum dapat versi Inggris soalnya XD. Bukan soal 'Pelajaran' dalam arti denotasi juga sih, meski judulnya pelajaran. Yah, mungkin bisa sedikit membantu untuk teman-teman sekalian.

Ini ... cerita tentang SNMPTN, SBMPTN, SPAN-PTKIN, dan UM-PTKIN yang udah aku lalui.

Jadi, ceritanya, bulan Juli tahun lalu (2015) aku dinyatakan naik kelas 3 SMA (MAN). Artinya, waktuku kurang dari setahun sebelum terjun ke dunia yang mendekati 'sebenarnya'. Kurang dari satu tahun untuk pakai seragam putih-abu lagi.

Hmmm, banyak hal yang terjadi selama itu. Mulai dari yang menyenangkan, menyedihkan, menyebalkan, menjengkelkan ... (kok kebanyakan buruk, ah, sudahlah). Yah, masa SMA-ku memang nggak seindah sinetron. Biasa aja.

Rutinitas nggak berubah, sekolah dan les juga tetap lanjut.

Oke, singkat cerita, kami sudah memasuki semester 2.

Sudah mulai waktunya serius untuk memilih jurusan kuliah. Kami punya waktu sisa tiga bulan sebelum pendaftaran SNMPTN dan SPAN dimulai.

Apa sih SNMPTN itu?
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau biasa disingkat SNMPTN adalah salah satu bentuk jalur seleksi penerimaan mahasiswa untuk memasuki perguruan tinggi negeri yang dilaksanakan serentak seluruh Indonesia, selain seleksi mandiri (melalui Ujian Mandiri) serta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SNMPTN diselenggarakan pertama kali oleh Ditjen Dikti tahun 2008 atas jawaban terhadap kisruh yang terjadi di forum rektor PTN se-Indonesia terkait penyelenggaraan SPMB oleh Perhimpunan SPMB Nusantara, yang dianggap tidak sesuai dengan pola keuangan PTN non-BHMN (https://id.wikipedia.org/wiki/Seleksi_Nasional_Masuk_Perguruan_Tinggi_Negeri).

Terus, SPAN-PTKIN itu apa?

SPAN-PTKIN merupakan pola seleksi yang dilaksanakan secara nasional oleh seluruh UIN/IAIN/STAIN dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak oleh Panitia Pelaksana yang ditetapkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia (span-ptkin.ac.id/informasi-pengumuman)

Intinya, keduanya jalur undangan. SNMPTN untuk jalur undangan umum ke seluruh universitas negeri seluruh indonesia, sementara SPAN-PTKIN jalur undangan khusus untuk masuk perguruan tinggi agama negeri (UIN, IAIN, STAIN).

Sebelumnya, aku jelas runding dulu sama orang tuaku.

Jujur aja, aku kadang nyesel udah ngeyel dengan saran mereka. Tapi, yah, aku memang nggak mau masuk ke dalam jurusan yang mereka rekomendasikan yaitu TEKNIK. Big no! Alasannya, karena ada om-ku yang dosen (gelarnya Prof. malah) di jurusan Teknik Lingkungan Unhas.

Biar gampang diurus masuknya, katanya. Tapiiiiiiiiiiiii, aku tetap ogah, itu curang. Buat apa mereka ngajar kejujuran selama ini kalau ujungnya aku harus curang demi PTN?

Aku lebih suka jurusan yang memang menarik minatku sejak dulu. Jurusan mainstream sejuta umat, kedokteran misalnya, psikologi, Sastra Jepang (you know-lah kenapa milih ini), dan hanya itu. Yeah, really.

Soalnya, kalau lihat-lihat nilai, wah, bisa nih tembus masuk, begitu pikiranku dulu.

Jadi pilihanku itu :
  1. Pilihan pertama jatuh pada pendidikan dokter XXX (well, sampai sekarang aku masih malu ngakuin mau masuk sini).
  2.  Pilihan kedua, teknologi hasil pertanian XXX, jurusan yang sama dengan ibuku.
  3.  Pilihan ketiga, XXX, jurusan Sastra Jepang.
Banyak hal yang dilakukan setelah itu, dan tentu fokus belajar demi UN sambil dibarengi belajar pelajaran SBMPTN.

Dan, kata-kata Mama sama Bapak yang sering menggaung itu : "Gimana kalau nggak lulus SNMPTN sama SBMPTN? Mau kuliah dimana? Kalo swasta, mending nggak usah. Mahal."

"Kenapa sih nggak mau teknik? Ada om lho. Atau jurusannya Mama? itu jurusan favorit sekarang?"

"Memangnya kenapa kalau ambil ekonomi atau akuntansi? sekarang banyak yang perlu lho"

Jujur aja, aku sakit hati sama kata-kata mereka. Seolah nggak percaya dengan semua yang aku lakuin selama ini. Memang tujuan mereka baik, tapi, yah, kokoro ini tak menerima.

Aku nggak mau lintas jurusan. Maksudnya, aku ini dari IPA, kenapa harus ambil IPS. Bukannya aku meremehkan IPS. Hei, uang miliaran mau dihitung itu nggak gampang buat akuntan lho! Apalagi mengimbangi ekonomi sekarang. Intinya, IPA atau IPS itu sama saja, punya kesukaran masing-masing.

Oke, lanjut lagi.

Nggak lama setelah itu, pendaftaran SPAN-PTKIN keluar.
  1.  Pilihan pertama UIN XXX jurusan Farmasi.
  2.  Pilihan kedua UIN XXX jurusan Kesehatan Masyarakat.
  3.  Pilihan Ketiga UIN XXXjurusan Tasawuf psikoterapi.
  4.  Pilihan terakhir UIN XXX jurusan Perbankan Syariah.

Singkat cerita, aku nggak lulus SNMPTN.

Oke, rasanya suakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit pake bangetttttttttttt! Aku nangis, ya jelas lah. Tapi nggak lama, terus hujan turun. Seolah ngerti aja kau lagi keki. Waktu ke tempat les, aku ketemu teman yang lolos SNMPTN dan mikir wah, enak banget. Ada juga teman yang nggal lolos SNMPTN sama kayak aku, wah, ada yang sama sedihnya kayak aku.

Aku mikir, padahal nilaiku sudah bagus dan bisa lolos, tapi nyatanya nggak? Kenapa ya? Mungkin aku terlalu over pede bakalan lulus, dan mungkin terlalu ngeremehin. Well, kedokteran UGM lhooooo. Nggak main-main lha pendaftarnya, mungkin aja yang masuk nilai dari kelas X jauh lebih bagus dari aku.

Kalo ngutip kata temanku nih ya:

"Percaya diri itu beda tipis sama nggak tahu diri"

Mungkin saja kepercayaan diriku justru sudah menjerumus ke arah nggak tahu diri.

Lalu, aku fokus belajar SBMPTN, buka-buka buku les JILC dan buku yang kubeli sendiri. Cari soal di internet, cari soal tahun lalu. Jujur aja, mual rasanya ngelihat semua soal yang kayaknya nggak ada habisnya itu.

Tapi, Mama sama Bapak terus mendukung, mereka bilang, "Usaha itu memang berat, tapi apa yang kamu dapat itu pasti hasil terbaik yang kamu dapat."

Singkatnya lagi, aku gagal SPAN-PTKIN.

Dari informasi yang kudapat, ternyata yang berhasil masuk SPAN-PTKIN kenyakan dari SMA, bukan sekolah Islam (MAN, MAS, SMAIT). Dan aku pikir kok begitu siiiiiih? Yah, mungkin bukan rezekiku, nggak apa-apa, Allah punya rencana yang lebih manis lagi.

Terus, waktu pemilihan jurusan SBMPTN dan UM-PTKIN dimulai.

Sebelumnya, SBMPTN itu apa ya?

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau disingkat SBMPTN merupakan seleksi bersama dalam penerimaan mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi negeri menggunakan pola ujian tertulis secara nasional yang selama ini telah menunjukkan berbagai keuntungan dan keunggulan, baik bagi calon mahasiswa, perguruan tinggi negeri, maupun kepentingan nasional. Bagi calon mahasiswa, ujian tertulis sangat menguntungkan karena lebih efisien, murah, dan fleksibel karena adanya mekanisme lintas wilayah (https://id.wikipedia.org/wiki/Seleksi_Bersama_Masuk_Perguruan_Tinggi_Negeri).

Kalau UM-PTKIN itu apa sih?

UM-PTKIN merupakan pola seleksi yang dilaksanakan secara nasional oleh seluruh Universitas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) dalam sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak oleh Panitia Pelaksana yang ditetapkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Pembiayaan penyelenggaraan UM-PTKIN dibebankan kepada peserta seleksi dan Kementerian Agama Republik Indonesia. Bagi peserta yang lulus UM-PTKIN dari keluarga pra-sejahtera yang memiliki prestasi akademik dan non-akademik dapat mengikuti seleksi program Bidikmisi (http://um-ptkin.ac.id/). 

Intinya, keduanya itu jalur tertulis untuk masuk perguruan tinggi. SBMPTN jalur umum, kalau UM-PTKIN jalur masuk khusus perguruan tinggi agama Islam.

Untuk daftar SBMPTN dan UM-PTKIN itu bayar. Kalo SBMPTN Rp200.000,- kalo UM-PTKIN itu bayar RP150.000,-

Lalu, pilihanku untuk ini mulai berubah. Udahlah, lupakan dulu kedokterannya.

Untuk SBMPTN :
  1. Pilihan pertama : XXX - Teknologi Hasil Pertanian
  2. Pilihan kedua : XXX - PSP
  3. Pilihan Ketiga : XXX -Teknik Lingkungan
Hm? Haha, iya ngikutin orang tua yang teknik.

Untuk UM-PTKIN
  1.  Pilihan pertama : UIN XXX - Kesehatan Masyarakat
  2.  Pilihan Kedua : UIN XXX - Farmasi
Iya, nggak berubah pilihannya, cuman dibalik pemilihannya.

Setelah itu, aku belajar terus-terus. Ikut midnight (belajar sampe tengah malam) di JILC, ikut tryout, isi-isi soal, semacam itulah. Meski gangguan datang dari Anime-Anime seru yang lagi tayang ahahahaha, sama HP baru yang dibeliin sebagai hadiah lulus SMA sekalian ganti HP lama yang udah rusak.

Sampai akhirnya, H-1 SBMPTN datang.

Mama sama Bapak nganterin aku buat nyari lokasi. Tempatnya di SMA XXX. Aku dapat lantai dua, dekat toilet.

Pulangnya, Mama ngajak makan di KFC sambil ngambil bahan praktek di  kampus tempatnya mengajar. Lalu pulang. Sebenarnya, udah disuruh tidur dari jam 8 malam. Tapi nggak bisa-bisa. Walhasil, jam setengah 12 malam aku bangun dan ... belajar. Meski udah diwanti jangan sama Mama n Bapak.

Jam 4, Mama bangun dan bilang, "Bangun jam berapa? Tidur gih, nanti pusing lho!"

Aku baru tidur setelah Shalat Subuh -;-

Mungkin cuman setengah jam-an, terus mandi, makan, dan ... berangkat diantar Mama sama Bapak.

Singkat cerita, aku mulai ngisi soal. Biologi, banyak lah yang bisa dijawab. Yang lain juga lumayan. Alhamdulillah, lumayan bisa ngerjain soalnya, meski nggak semua. Aku bersyukur banget. Tapi, TKPA-nya laiiiiiiiiin banget dari yang udah dipelajarin selama ini. Aku padahal niat cari nilai tinggi di TKPA. Wah, berasa kesal banget. Tapi, adalah yang bisa diisi.

Pokoknya, jangan sampai ada pelajaran yang kosong aja. Nggak apa-apa nggak diisi kalo nggak tau, tapi, minimal ada satu nomor tiap soal yang bener-bener yakin. Misalnya, nggak tau fisika, miniman isi aja satu nomor, tapi benar. Soalnya itu mempengaruhi banget.

'Kan :
  1. Benar : +4
  2. Salah : -1
  3. Nggak diisi : 0
Setelah selesai, aku minta dijemput, dan asli lapaaaaaaaaaaaaaaar bangetttt! Mama ngajakin makan lagi di McD. Hahay :D.

Terus, sekitar dua Mingguan setelahnya UM-PTKIN dimulai. Tempatku di UIN XXX. Lumayan jauh, satu jam-an lah dari rumah. 30 menit kalo ngebut.

Hari itu sudah puasa, mana aku juga lagi pilek, :'(

Ujian UM-PTKIN itu dua hari. Hari pertama khusus TKPA, keislaman, dan kebahasaan. Aku sih nggak ada masala sama TKPA dan keislaman. Kebahasaannya itu lho. Yang Bahasa Arab ada yang huruf gundul (nggak ber-harkat) jadi susah baca. Tapi, yang didepanku yang emang udah lulus tahun lalu dan kembali UM-PTKIN lancar aja jawabnya :(. Jadi, cuman sedikit deh yang dikerjain. Padahal mempengaruhi juga. Mana Bahasa Arab itu paling mendominasi lagi, itu juga bagus kalo bener yang aku jawab :'(.

Hari kedua, baru deh soal-soal IPA. Alhmadullillah, soalnya lumayan lebih mudah dari SBMPTN, meski ada juga yang tetep nggak ditahu.

Aku kira, sistem UMPTKIN itu sama dengan SBMPTN. Ternyata, NGGAK SAMA!

Jadi :
  1. Benar : +1
  2. Salah  :0
  3. Nggak diisi :0
Dan kamvretnya, aku baru tahu setelah UM-PTKIN berakhir. Tau begitu aku tembak aja semua yang Bahasa Arab :'(. Ya, udahlah, udah berlalu juga.

Selama menunggu keduanya, aku juga ikutan seleksi beasiswa.

Semua do'aku selalu sama 'Izinkan aku mendengar kabar bahagia bahwa aku lulus.'

Lalu, tanggal 28 Juni 2016.

Web bisa dibuka jam 14.00 WITA, tapi ngadat. Mungkin banyak yang buka. Mama, Bapak, Nenek, semuanya nanyain terus. Mereka malah lebih panik dari aku. Web-ku baru kebuka sekitar jam lima sore. Ini jantung udah kayak bom aja pokoknya. Sampai akhirnya ....

AKU LULUS SBMPTN!

Alhamdulillah! Allaahuakbar!

Meski bukan pilihan pertama, ya, aku lulus dipilihan kedua. Alhamdulillah.

Pertama aku ngabarin Bapak yang langsung meluk-meluk aku, terus Nenek Laki-laki (panggilanku ke Kakekku), lalu nelpon Mama. Nenek Onah (Nenekku yang perempuan) baru tahu setelah puang dari masjid. Embah ditelepon setelah shalat Isya.

Tapi, aku nggak lulus UM-PTKIN :(.

Kata Mama : "Nggak apa-apa, itu rezekinya orang. Kamu 'kan juga udah dapat. Alhamdulillah."

Aku juga nggak lolos seleksi beasiswa :(. Ada sih, teman yang lulus, tapi memang dari keluarga kurang mampu.

Mama bilang, "Nggak apa-apa, Mama sama Bapak masih sanggup biayain kamu kuliah, asalkan kamu belajar yang baik. Masa mau senang dua-duanya? Ya, syukur-syukur kamu lolos dua-duanya, tapi, biarkan saja itu untuk yang lebih membutuhkan. Nanti Mama sama Bapak carikan lagi."

Sekarang, aku dalam masa verifikasi dan pendaftaran ulang. Mohon do'anya supaya dilancarkan, ya.


Salam
Adnida Kia Rahid


Sumber :