Cari Blog Ini

Minggu, 03 Desember 2017

Risoles (Dipaksa) Kekinian - A La Kia

Hola-hola-hola!!!!

Kia kembali lagiiiiii (SFX : Jeng-jeng-jengggggg)

Haha, kuliah tinggal sebentar lagi, setelah minggu ke-16, dan (mungkin) minggu tambahan buat ujian T_T saya bisa pulang lagi ke kampung saya yeaaaayyy!!!

Hmmmm, ceritanya, kemarin malam saya kelaparan, dan Mama udah balik sejak hari Kamis T_T. Alhasil saya sendirian lagi. Hujan deras pula :(

Alhamdulillah, tiap Mama atau Bapak saya dateng, pasti kulkas kecil saya di kosan langsung penuh lagi, jadi, karena nggak memungkinkan untuk keluar, saya masak sendiri. Kalau hujan gini enaknya makan yang hangat-hangat, kalau makan berat pasti bawaannya ngantuk padahal tugas laporan perlu perhatian, jadi, saya akan membuat "Risoles (Dipaksa) Kekinian" dengan isi yang macam-macam dan pastinya enaaaak!

Yuk, langsung aja cekidot!

  1. Bahan
    • Kulit
      • 5 sendok makan tepung terigu (saya pakai merk Rose Brand)
      • 2 sendok makan tepung beras (saya Pakai merk Rose Brand)
      • 6 sendok makan tepung roti 
      • 2 butir telur
      • 2 sendok makan mentega untuk membuat kulit (saya pakai merk Bue Band)
      • Air secukupnya
      • 1 sendok teh garam
    • Isi
      • 1 buah wortel, cuci bersih, potong korek api
      • 3 sendok makan mentega untuk menumis (saya pakai merk Blue Band) 
      • 1 sachet mayonais (saya pakai merk Mayumi)
      • 1/2 balok keju, potong memanjang (saya pakai merk Prochiz)
      • 50 gram dada ayam, cuci bersih, potong memanjang
      • Minyak goreng secukupnya
  1. Alat
    • Wajan datar / teflon
    • Mangkuk
    • Pisau
    • Talenan
    • Sendok
    • Penjepit/ sodet besi
  1. Cara Membuat 
    • Panaskan wajan datar dengan api kecil
    •  Masukkan tepung terigu, tepung beras, garam, 1 butir telur, dan air ke dalam mangkuk. Aduk hingga rata dan kekentalannya pas.
    • Cairkan mentega, dada ayam sebentar, kemudian tumis bersamaan dengan wortel yang sudah dipotong. Sisihkan
    • Panaskan wajan dengan api kecil, masukkan mentega, Masukkan 4 sendok makan adonan kulit. Masak hingga kedua sisi keemasan. Lakukan sampai adonan habis.
    • Siapkan selembar kulit, isi dengan tumisan ayam-wortel, keju, dan mayonais. Gulung. Lakukan hingga kulit dan isi habis.
    • Pecahkan sebuah telur, aduk rata.
    • Masukkan risoles, balurkan telur pada seluruh sisi. Lakukan hingga habis.
    • Masukkan ke dalam tepung roti, risoles yang sudah dibaluri telur.
    • Panaskan minyak dengan api sedang, goreng hingga matang.
Selesaaaaai, mudah kan? Lebih enak lagi saat makan dicocol dengan saus tomat + saus sambal.Risoles enak untuk teman mengerjakan tugas kala hujan menerpa #ciiiiah.
 
Okedeh, semoga bermanfaat ya :).
 
 
Salam
Adnida Kia Rahid

 

Senin, 11 September 2017

Cheesy Pop Corn - A La Kia

Hola minasan~~~!

Bertemu lagi dengan saya, Kia! Jeng-jeng-jeng!!
Ya, saya akan berbagi resep mudah dan ngawur yang pastinya asli buatan saya sendiri dan sudah dipraktekkan. Hohohoho~~~ 

Jadi, ceritanya, saya lapar berat malam ini, tapi pengen makan kok ya nggak napsu. Jadi, setelah berbingung-bingung ria, saya cari cemilan murah yang akhirnya saya buat sendiri. Mumpung Al*a M*di nggak jauh-jauh amat dari kosan saya, dengan hati riang gembira saya menuju ke sana dan membeli beberapa bahan untuk resep ngawur saya ini.

Bagaimana cara membuatnya? Yuk, langsung disimak.

  1. Bahan
    1. Dua genggam jagung pop corn
    2. Satu sendok makan mentega
    3. Tiga sendok makan keju spreadable/ olesan (saya pakai merk Prochiz)
  1. Alat
    1. Panci + tutup

  1. Cara Membuat
    1. Masukkan satu sendok makan mentega ke dalam panci, cairkan dengan api sedang.
    2. Masukkan dua genggam pop corn mentah, ratakan. Usahakan semua permukaan pop corn mentah terbaluri mentega cair.
    3. Tutup panci dan masak sekitar 3-4 menit.
    4. Goyangkan panci sesekali agar panas di dalam merata sehingga jagung pop corn dapat meletup semua.
    5. Jika letupan sudah mulai berkurang, matikan api.
    6. Panas-panas, tuangkan keju spereadable dan aduk rata.
    7. Siap disajikan.
Hohohoho, begitulah resepnya. Gampang 'kan? Semoga bisa membantu bagi yang pengen makan malam-malam :)


Salam
Adnida Kia Rahid

Jumat, 25 Agustus 2017

Pizza Teflon - A La Kia

Hola minasan~~~!

Bertemu lagi dengan saya, Kia! Jeng-jeng-jeng!!

Jadi, ceritanya Kia pengen makan pizza, pengen aja nggak tau kenapa. Berhubung saya adalah anak  kosan yang harus berhemat (FYI, kampus tempat Kia belajar sama rumah orang tua saya jaraknya sekitar 6 jam naik mobil tanpa macet. Alhamdulillah karena ada rezeki, orang tua saya akhirnya mencarikan kosan yang dekat dari kampus :). Hehehe), saya jadi mikir dua kali kalau mau beli T_T.

Akhirnya, saya buat sendiri deh, modal coba-coba dan ingat-ingat pelajaran tata boga waktu SMA dulu. Hasilnya, nggak sebagus yang di resto pizza sih, tapi seenggaknya bisa mengobati keinginan saya, hahahaha. Dan, kenapa pakai teflon? Karena di kosan nggak ada oven, saya bikinnya nggak di rumah orang tua, yah, di rumah juga kadang-kadang bikinnya pakai teflon sih, haha.

Yuk, langsung aja simak resepnya :)

  1. Bahan
    1. Adonan Pizza
      • 200 gram tepung terigu tinggi protein (saya pakai merk Cakra Kembar)
      • 1 sendok teh gula
      • 1 sendok teh garam
      • 1 sendok teh pengembang (saya pakai merk Fermipan)
      • 1 sendok makan susu bubuk plain / full cream (saya pakai merk Dancow)
      • 2 sendok makan mentega (saya pakai merk Blue Band)
      • 1 butir telur
      • 100 ml air
    1. Topping 
      • 3 sendok makan saus tomat (saya pakai merk ABC)
      • 1 sendok teh sambal botol (saya pakai merk ABC)
      • 100 gram keju parut (saya pakai merk Cheddar)
      • 50 gram keju potong memanjang
      • 1 buah sosis ayam, potong-potong (saya pakai merk Sozziz yang langsung makan)
      • 1 sendok makan mentega, cairkan

  1. Alat
    1. Teflon / wajan datar + tutup
    2. Wadah
    3.  Spatula / sodet besi
    4. Plastic wrap

  1. Cara Membuat 
    1. Campurkan tepung terigu, gula, garam, susu bubuk. Aduk rata.
    2. Tambahkan telur dan mentega, aduk rata.
    3.  Cairkan pengembang dengan sedikit air.
    4. Masukkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk, lalu masukkan pengembang yang sudah dilarutkan.
    5.  Uleni adonan dengan spatula / sodet besi. Jika sudah mulai berat, uleni dengan tangan sampai kalis.
    6. Bulatkan adonan, tutup dengan plastic wrap, diamkan selama ±15 menit sampai mengembang.
    7. Oleskan mentega pada teflon.
    8.  Pipihkan adonan pada teflon, letakkan potongan keju pada bagian pinggir dan gulung sebagai pinggiran pizza.
    9.  Ratakan saus tomat + sambal botol, taburi keju parut dan sosis.
    10.  Oleskan mentega cair pada pinggiran pizza.
    11. Tutup teflon, panggang dengan api kecil sampai matang.
Okedeh, itu aja sih resepnya. Semoga membantu ya :)


Salam
Adnida Kia Rahid

Rabu, 23 Agustus 2017

Bakwan Ayam dan Sayur - A La Kia

Hola minasan~~~

Bertemu lagi dengan saya, Kia. Jeng-jeng-jeng!!!!

Nah, untuk resep kali ini, saya akan membagikan bagaimana membuat bakwan ayam-sayur, dan sudah pasti saya telah mempraktekkannya sendiri di rumah dan kosan. Bagaimana cara membuatnya? Yuk, langsung aja :)

  1. Bahan:
    1. 150 gram tepung terigu (saya pakai merk Cakra Kembar)
    2. 20 gram tepung beras (saya pakai merk Rose Brand)
    3. 100 gram dada ayam tanpa tulang, potong kecil-kecil
    4. 6 lembar daun kol, rajang panjang-panjang
    5. 1 buah wortel besar, potong korek api
    6. Penyedap rasa secukupnya
    7. Air
    8. Minyak untuk menggoreng
    9. Kecap, saus tomat / sambal botol / sambal ulek sebagai pelengkap
  1. Alat :
    1. Sendok
    2. Wadah
    3. Wajan
    4. Sodet besi
  1. Cara Membuat:
    1. Campurkan tepung terigu, tepung beras dan penyedap rasa. Aduk rata.
    2. Masukkan air sedikit-demi sedikit, aduk sampai adonan mengental dan licin.
    3. Masukkan potongan ayam, daun kol dan wortel, aduk rata.
    4. Panaskan wajan berisi minyak, .
    5. Goreng setengah sendok sayur adonan sampai kedua sisi berwarna kecoklatan menggunakan api sedang. Angkat, tiriskan.
    6. Sajikan bersama pelengkap.
Tips :
  • Semua merk yang saya pakai bisa diganti, saya memakai merk yang kebetulan tersedia di rumah dan saat saya di kosan.
  • Tepung beras hanya untuk campuran saja agar adonan tidak terlalu berminyak.

Okedeh, itu aja sih resepnya. Mudah bukan? Makanan ini enak banget dimakan saat hujan sambil minum teh, teman camilan sore-sore, teman untuk mengerjakan tugas malam-malam, atau lauk saat tanggal tua. Hahahaha. Semoga membantu ya :).


Salam
Adnida Kia Rahid

Minggu, 20 Agustus 2017

Resep Masakan



Höla minasan!~


Kembali lagi bersama saya, Adnida Kia Rahid. Well, kali ini saya menambahkan label baru, yakni ”RESEP MASAKAN”. Hehehe, resep masakan yang enak, mudah dan sudah saya praktekkan sebelumnya.
 
Okedeh, selamat menikmati resep yang saya bagikan. Semoga bisa membantu :).





Salam

Adnida Kia Rahid




Sabtu, 22 Juli 2017

A Cruel World - When I Feel the World is Horrible

Hola

Bertemu lagi dengan saya, Kia-chan yang manis dan kawaii maksimal ini #hoek #muntah #alay

Entah kenapa, banyak banget yang saya pikirkan selama nganggur liburan kuliah ini. Wakakaka. Nggak deng, nggak selama liburan ada juga yang saya kerjakan. Yah, belakangan ini saya senang dengan merajut (crocheting) dan ada beberapa YouTuber dan Blogger yang ngasih pattern-pattern gratis dan hasilnya juga unyu-unyu :3 Meski ada beberapa yang bahasanya selain Inggris -_- (ex : spanyol, rusia), jadi butuh perjuangan untuk baca pattern itu T_T. Apalagi tiap orang kan punya style menulis sendiri, jadi harus dipahami.

Jadi, tahun ini saya gagal SBMPTN 2017. Hahahaha. Iya, padahal SBMPTN 2016 kemarin saya lulus lho (judul postingnya : Pelajaran). And yeah, it's very hurt for me. Adek juga gagal SBMPTN 2017, tapi dia lolos UMPTKIN 2017 di UIN XXX, jurusan Perbankan Syariah. Yeeey, congrats Bro!

Wait, kenapa saya merasa sedih gagal SBMPTN tahun ini, padahal saya udah kuliah dan resmi sebagai mahasiswa selama dua semester? Jawabannya, karena saya tidak suka dengan tempat saya berada sekarang.

Kenapa?

Banyak hal sebenarnya. Mulai dari perbedaan pendapat dengan teman-teman sampai rasa kesal saya terhadap senior yang hobi kepo sama urusan junior. Banyak juga yang meragukan dan mengolok-olok jurusan dan prodi yang susah payah saya dapatkan tahun kemarin. Guys, nggak gampang tau bisa lulus SBMPTN. Jika kalian berkata "lho, padahal saya nggak terlalu belajar, kok bisa lulus SB?", "ah, cuman kebetulan aja" dan sederet kata-kata lainnya, dengan senang hati saya mengatakan "kalian nggak tau perjuangan saya demi bisa lanjut sekolah"

Well, bagi yang baca postingan saya sebelumnya, pasti tau saya punya cita-cita yang dimiliki sejuta umat di dunia, cita-cita mainstream : DOKTER.

Dan, saya nggak nyerah buat raih cita-cita saya itu. Setelah gagal SNMPTN 2016, saya harus merelakan membuang mimpi saya sementara karena persaingan keras untuk menjadi dokter. Oke, saya ikuti kemauan orang tua saya untuk ikut dimana mereka menempatkan saya. Dan, semua pilihan SBMPTN 2016 kemarin tercipta sudah.

Setelahnya saya belajar, saya les, saya kerja soal2 yang notabenenya tiap hari saya lakukan dan sumpah saya bosan luar biasa, saya kesal luar biasa. Ada aja yang nggak bisa saya mengerti, sementara ketika saya lihat teman, cuman sekali baca dan cling, nempel di otak selamanya. 

Saya akhirnya berpikir, kenapa saya nggak bisa seperti dia?

Tekanan juga datang dari orang tua saya sebenarnya, yang seolah jauh lebih mementingkan MATEMATIKA, BAHASA INGGRIS, FISIKA, KIMIA, dan BIOLOGI. Selain itu, yah, bagi mereka sepele aja. Nggak penting dan nggak ada gunanya. Saya suka sekali seni peran, dan mereka dengan terang-terangan bilang itu cuman buat kamu rusak aja, nggak baik. Semua yang saya jelaskan dan jawaban mereka jujur aja bikin saya sedih.

Saya lebih diminta ikut PKM, Olimpiade dan semacamnya. Mama, Bapak, anakmu nggak sehebat anak orang lain, dia punya kelebihan sendiri yang kalau diasah juga nggak kalah sama anak orang.

Hahahaha

Yah, singkatnya saya ikut SBMPTN 2017 dan saya gagal. Itupun pilihan pertama LAGI-LAGI dipilihkan. Oh nggak, jujur aja, tiga pilihan SBMPTN 2017 itu nggak ada yang saya sukai. Semuanya "disetir" sama orangtua saya.

Yah, saya gagal. Minimal kalau berhasil juga saya bisa pergi dari tempat yang tidak saya sukai ini. Saya bisa "pulang" ke tempat lahir saya. Tapi ternyata nggak, saya masih harus fighting di sini. Di tempat yang tidak saya sukai ini.

Dunia kampus sungguh mengerikan, sangat.

Dunia kampus benar-benar bikin saya jengah dan berpikir "Oh, dunia kampus rupanya nggak sebagus kayak FTV atau sinetron"

Guys, kalian jangan percaya dengan namanya anti-senioritas, jangan pernah. Nyatanya, masih ada aja mahasiswa senior gila hormat dan sok banget kalau bicara.

Pertama kali masuk, saya udah ngerasain disuruh "tunduk", dikumpulkan di suatu tempat dan senior dengan beringasnya memarahi beberapa teman yang katanya tidak sopan. "Kita begini karena mau kalian baik". Helooooooo, kalau kalian begitu, mana ada junior yang baik, bang. Yang ada kita jadi takut sama kalian kita juga malu ternyata yang harus kami jadikan panutan nggak sesuai harapan.

Dengan nggak sopannya nyuruh beli gantungan kunci dan stiker nggak penting, maksa pula. Yah, memang setelahnya ada yang meminta maaf atas gangguan itu. 

Yah, silahkan kalau kakak punya solidaritas kuat, nggak ada masalah. Bagus malah. Tapi bukan berarti senior bisa mukulin teman-teman hanya karena masalah yang bahkan dia sendiri nggak ada di sana.

Masa-masa diklat entah apa itulah, sungguh masa-masa yang paling membuat saya sedih.

FYI, saya habis kena tipes dan itu membuat saya demam naik-turun selama sebulan lebih dan juga, saya habis kecelakaan. Dimana dampak kecelakan sial itu membuat tulang belakang, pinggang dan tulang rusuk saya agak bermasalah.

Coba aja kalian bayangkan, bagaimana rasanya orang yang belum sembuh dari sakit harus ikut kegiatan kampus, yang katanya masih rangkaian penerimaan mahasiswa baru. Duduk dari pagi sampai sore berdesakan 300-an mahasiswa, kalian pikir enak? Materinya bagus ya bagus, namun saya tidak nyaman karena masih sakit.

Belum lagi obat sekresek yang tiap hari harus diminum. Well, sakit dan minum obat 5 bulan itu nggak enak sama sekali.

Tahap kedua kami ke lapangan, hahahaha saya basah-basahan dan bermandikan lumpur. Kadang saya heran, apa hubungannya mencium kotoran dengan membiasakan diri. Bahkan ada kelompok yang disuruh kumur-kumur. Memangnya ada gitu, orang yang sikat gigi kumur-kumur pakai lumpur?

Pulangnya, sakit saya kambuh dan nggak kuliah dua minggu. Saya gosong, kurus, dan loyo. 

Tahap terakhir, kami ada di pulau kecil mengharuskan kami menginap.

Seperti yang sudah saya katakan, saya punya pacar (judul postingan : 13-Tiga Belas). Dan lagi-lagi, senior yang sok kepo berkata, semua yang pacaran akan saya permalukan kalau tidak mau putus.

Who are you?

Dan saya baru tahu, ternyata juga senior yang mengatakan itu juga punya pacar. Tepuk tangan #prokprokprokprokprok 

Alasan kenapa kami nggak boleh pacaran : karena ini adalah keluarga kalian sendiri.

Oh wow, sebuah alasan yang nggak masuk akal sama sekali.

Katanya, tiga tahap diklat ini membuat kami bergabung dengan keluarga. Kadang saya berpikir apa dengan menjadi keluarga harus melalui masa-masa dibodohi ya?

Lalu, ada yang namanya Inaugurasi, semacam apresiasi seni yang jam latihannya menurut saya bisa dipakai untuk menyelesaikan laporan yang lumayan tebal itu. Waktu latihan malam juga, sampai pagi. Kami harus berjualan untuk menggalang dana dengan harga yang sangat tidak masuk akal sama sekali.

Sekali lagi, saya minta maaf yang sebesarnya karena tidak bisa membantu dan berpartisipasi dalam acara Inaugurasi. Seperti yang saya jabarkan di atas, saya habis kecelakaan dan saya tidak sesehat kalian. Saya saat itu tidak mampu untuk jalan jauh demi menawarkan dagangan. Tapi, saya selalu membayar denda dan ikut membeli dagangan kalian. Walaupun sekali lagi, saya merasa cara kalian berdagang itu sangat amat aneh. Kalian menjajakan di sekitaran fakultas lebih banyak daripada ke fakultas lain. Itu sama saja uang kalian yang berputar-putar di sana.

Bahkan saya membeli tapi bukan saya yang makan dagangannya. Yah, karena  keseringan sakit saya kambuh. Seminggu penuh kenyang gorengan, haha. 

Karena banyak dari kami yang tidak bisa membantu, ada yang menyindir "yang tidak pernah membantu, bukan keluarga"

Ini membuat saya tertawa. 

Saya akan balik bertanya, "kita ini saudara dalam ikatan apa?"

Kamu Islam, saya juga Islam. Kamu ikut diklat, saya juga, semua prosesinya saja jalani meski tumbang beberapa kali. Kamu mahasiswa XXX, saya juga mahasiswa XXX secara sah. Saya membayar UKT, saya ikut perkuliahan.

Bahkan karena ini, prodi saya lumayan terpecah.

Jujur saja, semakin saya tumbuh, semakin mengerikan dunia menurut pandangan saya.

Sulit, untuk percaya siapapun sekarang.

Yah, hanya mencoba menjadi diri sendiri walau ada yang tidak bisa menerima pribadi saya karena "lain". Ambil saja cara bicara saya yang masih terdengar aneh di kalangan ini.

Saya hanya berharap, saya bisa bebas berekspresi tanpa ada paksaan.



Salam kesepian
Adnida Kia Rahid