Cari Blog Ini

Selasa, 30 Juni 2015

Puisi



Hola, minasan!

Kali ini, Kia mau posting puisi karya Kia, yang  Kia buat waktu kelas 1-3 MTs dulu. Mau dicopas juga boleh, tapi, jangan lupa tulis pengarangnya, ya :3

Yosh! Happy reading! 





Menjadi Kenangan

Cermin memantulkan pancaran wajahku                      
Dengan baju putih yang baru                                          
Dengan rok berwarna abu-abu                            
Dengan lambang lokasi yang baru                                 

Ahh, pantulan anak SMA itu aku                        
Kutinggalkan sudah masa MTs-ku                                 
Kulepas sudah masa remajaku                           
Dan kini aku beranjak mencari siapa aku                      

Waktu itu aku memakai rok biru                           
Bersama temanku dari waktu kewaktu               
Bersama kami menuntut ilmu                                          
Dengan riang walau kenal pilu   
                       
Tapi itu sudah berlalu kawan
Kini kita harus berpisah kembali
Menuju jalan yang di telah tetapkan
Apakah mungkin kita bertemu kembali

Kawan, akankah kamu mengingatku
Akankah kamu mengenangku
Sebagai sahabatmu yang dahulu
Dimana bersama kita habiskan waktu

Kawan, ingatkah kenangan kita semua
Ketika duduk belajar di kelas bersama
Menyontek, menggosip, bercanda
Bahkan di marahi dan di hukum guru bersama

Ingat tidak ketika kita saling bermusuhan
Tidak bicara selama berbulan-bulan
Tapi bagaikan anak yang baru bisa makan
Entah bagaimana tiba-tiba berbaikan

Kita mengukir kisah indah di sini
Tiga tahun yang terasa abadi
Di libuk hati kita sendiri
Walau bagai seonggok album tua pribadi
Ah, masa kita terlalu mahal kawan
Tak ada uang yang bisa menggantikan
Tidak juga dengan intan ataupun berlian
Karena ini adalah kenangan

Madrasah ini menjadi saksi bisu
Dimana keringat dan air mata bertemu
Yang menjadi kenangan lalu
Ketika semangat muda saling berpacu





Luapan Hati

Hari ini adalah puncaknya                                               
Dimana kami saling meluapkan perasaan                    
Saling memeluk, menangis dan tertawa            
Karena satu kata yang terngiang: perpisahan              

Ahh, ada satu nama yang terkenang lagi                      
Yakni guru terkasih yang mengajar kami                       
Menuntun kami dalam perjalanan ini                             
Perjalanan menjadi remaja sejati                         

Tiga tahun kami belajar                                         
Dibimbing dengan penuh sabar                          
Walau seringnya kami membuat onar                            
Namun guru kami tetap tegar                                           

Melayang kembali ingatan ini                                          
Berapa banyak khilaf yang sudah terjadi                       
Selama kami ada disini                                         
Duh, tak bisa dihitung dengan jari                                  

Guru kami yang kami sayangi                              
Dihari terakhir kita bersama ini                            
Lepaslah kami dengan senyuman memesona             
Lepaslah kami dengan lantunan do’a mulia                 

Guru kami yang kami sayangi                              
Kenanglah kami sebagai murid berprestasi                  
Kenanglah kami sebagai murid terbaik              
Kenanglah kami sebagai murid membanggakan         

Walau kadang terjadi kesalahpahaman             
Ketika merasa disingkirkan                                               
Merasa orang lain dijadikan anak emas guru               
Merasa karya sendiri dianggap tidak bermutu  

Mungkin saat itu pikiran kita berlainan
Bisa jadi saat itu ego yang dominan
Selalu ingin menjadi yang paling berkesan
Namanya juga labil belum berpengalaman

Tapi sudahlah, itu telah menjadi memori           
Kini kami semua berdiri disini
Karena ketulusan do’a dan usaha dari hati
Yang menuntun kami dari jalan penuh duri

Guru kami yag berjiwa mulia
Tetesan keringat dan airmata
Akan kami ganti hari ini
Walau tidak sebanding sama sekali

Pandanglah kami semua disini
Siswa-siswi yang siap menjadi remaja sejati
Memakai rok dan celana berwana abu-abu
Melepas rok dan celana berwarna biru

Terima kasih guru-guru kami
Kini jalan menuju kedewasaan terbuka lagi
Kami akan menempuh sekuat hati
Agar menjadi kebanggaan nanti

Terima kasih guru-guru kami
Maafkan segala khilaf dan salah kami
Maafkan segala keonaran kami
Maafkan segala perbuatan lancang kami

Terima kasih guru-guru kami
Atas bekal selama tiga tahun ini
Tidak akan kami lupakan kenangan hati
Yang menjadi tapak sejarah madrasah ini

TERIMA KASIH





Puisi Untuk Ibu Madrasah
Termenungnya aku di sisi kasur
Tidak akan menghentikan takdir
Walau aku berusaha membunuh waktu
Namun apa dayaku?

Tiap hari adalah pisau tumpul yang harus diasah
Dengan batu ilmu dari madrasah
Walau lamanya membuat badan gelisah
Namun bersama Ibu, semangat tak terasa terbelah

Kala aku ingat senuyumu, suaramu, wajahmu
Berat rasanya hatiku untuk melepasmu
Pengabdianmu yang selama ini kutahu
Mengemban amanah bagi Madrasahku

Dirimu yang dulu bersama kami
Mengukir cerita abadi disini
Mungkin melegenda suatu saat nanti
Sebagai bintang penghargaan yang sakti

Ingin kulanjutkan tapak jejakmu
Menjahit nama yang terkenang abadi
Merenda segudang prestasi
Melipat sejuta ilmu dari madrasah terkasih

Selama Ibu disini, kami banyak menyusahkanmu
Melalui bait-bait puisi sederhana ini kami ingin Ibu tahu
Betapa besarnya rasa sayang kami padamu
Dan akan selalu sama walau waktu berlalu

Dengan bait-bait puisi sederhana ini
Merupakan wakil permintaan maaf kami
Semoga Ibu sukses selalu
Karena doa kami akan tercurah padamu

Dimanapun berada, kapanpun waktunya
apapun halangannya, siapapun lawannya,
bagaimanapun susahnya, dan berapapun lamanya





Api Semangat
Hidup bagaikan jalan gelap gulita
Bagai terombang-ambing udara
Melesak bagai sofa tanpa alas dibawah
Tersesat di ruang dan waktu tanpa arah

Harapan yang bergolak hanya satu
Melihat setitik cahaya di jalan kelabu
Untuk menjadi pegangan diriku
Agar hidup tidak bagai benalu

Datang di Madrasah ini bagai lentera
Menyinari kelamnya jalan tanpa cahaya
Walau hanya sepercik api yang hangat
Namun dengan niat akan menjadi api semangat

Semua bermula dari yang kecil
Lama kelamaan akan menjadi besar
Begitu pula dengan hadirnya Bapak disini
Semoga membangkitkan api semangat lagi seperti dulu

Harapan kami untuk kedepan hanya satu
Membawa madrasah ini agar maju
Sebab kami membutuhkan pemimpin baru
Untuk memicu semangat waktu

Selamat datang kepala madrasah baru
Yang membawa lentera api yang masih biru
Hati kami terselimuti perasaan haru
Untuk mengacu pada pendidikan bermutu

Bersama kita tumpuk kayu ilmu
Membuat api menjadi merah selalu
Tanda besarnya semangat untuk maju
Membawa madrasah ini menjadi nomor satu




Puisi Perpisahan

Tiga tahun lamanya
Menimba ilmu yang berguna
Kelak digunakan masa depan
Untuk meraih cita dan harapan

Memberikan berbagai contoh pada kami
Untuk terus melatih diri
Agar bisa tegap berdiri
Dijalan yang penuh duri

Namun waktu kita bersama telah habis
Kami harus melepas walau tanpa tangis
Walau banyak kenangan manis
Namun tak jarang ada yang miris

Ingin kulanjutkan tapak jejakmu
Melipat segudang ilmu
Menjahit kenangan berarti
Merenda segudang prestasi

Selamat jalan kakak-kakak
Teruslah melaju kedepan
Agar kesuksesan ditangan kelak
Membawa melodi indah untuk kehidupan

Selamat jalan kakak-kakakku
Raihlah semua impian dan harapanmu
Jangan pernah lelah untuk berlari
Walau harus jatuh berkali-kali



 


Hehehehe~ Puisi-puisi itu, semuanya pernah ditampilkan di acara sekolah. "Menjadi Kenangan" dan "Luapan Hati" dibacakan waktu penamatan angkatan Kia dulu. "Api Semangat" dipakai waktu menyambut Kepala Madrasah Baru. "Puisi Untuk Ibu Madrasah" dibawakan waktu perpisahan dengan KepMad yang lama. Sementara "Puisi Perpisahan" itu request kakak alumni untuk perpisahan sekolahnya.

Yosh, semoga bermanfaat!


Salam
Adnida Kia Rahid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan komentar ^_^